Saturday, July 24, 2010

Mungkin

Aku duduk penuh gelisah. Sesekali ku pandangi HP-ku. Tapi makin sering ku memandnginya, maka makin bertambah pula rasa kecewaku. Rasa ini telah ku timbun sejak empat hari lalu karena tidak menerima pesanmu tuk yang ketiga kalinya walaupun ku tak membalas pesan yang sebelumnya.

Diriku terdengar egois kini. Namun ku tak peduli karena dirinya kini juga tak peduli akan diriku. Hal itu terlihat jelas dari keputusannya tuk tuk menghubungiku lagi ketika ia dalam masalah. Hanya ketika ia dalam masalah. I'm now your bin.

Menjadikan ia teman biasaku membuatku merasa seperti vampir yang harus menahan diri tuk meminum darah. Aku merasa lebih baik tuk menghindar jauh. Namun aku juga tak bisa membiarkan apa yang pernah ada hilang begitu saja seolah kita tak saling mengenal sebelumnya. Aku tak bisa berpura-puratidak mengetahui apapun tentangnya. Karena, mengetahui dirinya bahagia dan baik-baik saja membuatku merasakan hal yang sama.

Tapi kata yang bisa ku ungkapkan saat ini hanyalah "mungkin" karena aku bukan Tuhan yang mengetahui segalanya dengan pasti. Mungkin ia kan baik-baik saja saat ini. Mungkin dia kan menemukan penggantinya segera. Mungkin, aku bisa menyimpan rasa ini tuk selamanya.

Mati jodoh


Tepat puku 22:22 tadi malam HP-ku berdering pertanda sebuah pesan singkat baru saja aku terima. Aku berharap dirimulah yang baru saja mengrim pesan itu. Ternyata lagi-lagi itu pesan dari oarang lain. Pesan tersebut dikirim oleh sepupuku dengan huruf 'Caps Lock' yang bertuliskan "MATI JODOH"! Gila, tega banget sih yang ngebuat pesan ini. What A Fcuk!

Pesan tersebut meminta penerimanya tuk meneruskannya ke 10 teman si penerima yang masih perawan. Maksa banget, kan. Karena jengkel, aku pun membalas pesan tersebut yang kira-kira bunyinya seperti ini, "Mari kita mendoakan orang yang membuat pesan Mati Jodoh tuk segera mendapatkan ganjarannya. Kirim pesan ini kembali ke pembuatnya."

Friday, July 23, 2010

Tentang sebuah pesan

Malam ini aku masih sibuk dengan catatan-catatanku di depan meja belajar. Sesekali ku pandangi telepon genggamku dan berharap nada sms ataupun panggilan masuk berdering. Sayangnya HP-ku kini larut dalam dalam sunyinya malam. Membisu akan kabarnya saat ini.

Memang aneh kedengarannya. Aku selalu menunggu nomornya muncul dilayar HP-ku meskipun hanya berupan sapaan "Hey". Tapi di saat yang sama aku juga memaksakan diri tuk tak memberi respon. Kini telah berhari-hari berlalu tanpa kabar dariku.

Aku bukannya ingin menjadi orang yang arogan. Aku hanya tidak ingin memberi interpretasi yang berbeda atas sikap yang tiba-tiba berubah itu. Karena saat ini aku sedang berusaha menggapai permukaan, aku tak ingin jatuh ke dasar lubang ini lagi.

Detik ini ku masih menahan inginku. Ku hanya bisa membaca pesan itu lagi dan lagi. Sesekali ku gelengkan kepalaku agar bayang tentangnya menguap ke udara. Sayangnya, ia kembali lagi ke pikiranku dalam sekejap.

Wednesday, July 7, 2010

Dewa Malam


Untukmu Dewa malam
yang menyelimuti insan
dalam cerita panjang
dengan jubah hitamnya

ku titip pesanku
tuk kau bisikkan padanya
karena jarak dan keadaan
kini menghalauku

Dewa malam,
mengapa aku gelisah?
Bayangnya seakan memberi
ungdangan perpisahan

Kini ku tak peduli
pesanku tak digubrisnya
karena beban itu kan sirna
ketika ia tahu segalanya

Monday, July 5, 2010

Tak Bisa

Aku tak bisa menunggu hari esok
karena hari esok enggan menunggu
memperbaiki mimpi-mimpiku hari ini
yang ku pupuk dengan sesal

Aku tak bisa menunggu hari esok
karena ku ingin segera mengetahui
kejutan apa yang telah diundi
yang kan mengubah haluanku

Malam ini ku hanya bermimpi
mengayuh sepedaku jauh dari penat
Mencari tempat ramai yang menarikku
lepas dari belenggu hampa

Ku yakinkan diriku saat ini
agar hayal tak sekedar hayal
Esok ku tlah pergi
jauh dari kepingan terbuang