Saturday, July 24, 2010

Mungkin

Aku duduk penuh gelisah. Sesekali ku pandangi HP-ku. Tapi makin sering ku memandnginya, maka makin bertambah pula rasa kecewaku. Rasa ini telah ku timbun sejak empat hari lalu karena tidak menerima pesanmu tuk yang ketiga kalinya walaupun ku tak membalas pesan yang sebelumnya.

Diriku terdengar egois kini. Namun ku tak peduli karena dirinya kini juga tak peduli akan diriku. Hal itu terlihat jelas dari keputusannya tuk tuk menghubungiku lagi ketika ia dalam masalah. Hanya ketika ia dalam masalah. I'm now your bin.

Menjadikan ia teman biasaku membuatku merasa seperti vampir yang harus menahan diri tuk meminum darah. Aku merasa lebih baik tuk menghindar jauh. Namun aku juga tak bisa membiarkan apa yang pernah ada hilang begitu saja seolah kita tak saling mengenal sebelumnya. Aku tak bisa berpura-puratidak mengetahui apapun tentangnya. Karena, mengetahui dirinya bahagia dan baik-baik saja membuatku merasakan hal yang sama.

Tapi kata yang bisa ku ungkapkan saat ini hanyalah "mungkin" karena aku bukan Tuhan yang mengetahui segalanya dengan pasti. Mungkin ia kan baik-baik saja saat ini. Mungkin dia kan menemukan penggantinya segera. Mungkin, aku bisa menyimpan rasa ini tuk selamanya.

No comments:

Post a Comment