Kenapa sudah pukul 12.47 am ini saya belum tidur? Ada banyak hal yang menjadi alasan. Selain karena minum kopi tanpa melakukan aktivitas yang berakibat jantung terus berdebar, juga karena ada banyak hal yang saya pikirkan saat ini. Memang ga terlalu banyak dibandingkan orang-orang yang kini memangku jabatan penting dalam suatu organisasi atau pekerjaan dan juga ga terlalu berat bak memahami suatu filosofi. Ini cuma pemikiran orang yang berhenti sejenak dipersimpangan jalan. Orang yang melihat hingga titik jalan yang belum ditempuh dan telah dilewati. Tapi waktu yang saya punya terbatas. Terlalu lama di sini, berati saya menjadi orang yang hidupnya berakhir di titik ini. Makanya, saya tidak akan bisa kembali untuk memperbaiki yang sudah saya tinggalkan.
Saya kembali berpikir. Banyak kesempatan yang saya lewatkan. Banyak hal-hal yang sebenarnya saya bisa lakukan dengan lebih baik. Tapi, that’s all. Saya begini sekarang karena saya begitu kemarin. Kekurangan hari ini adalah hasil dari proses yang prematur kemarin.
Nyesal? Iya. Tapi saya harus tetap maju. Trus, apa yang jadi masalah? Kesalahan kemarin membuat saya menjadi orang yang takut berbuat salah. Padahal menjadi salah adalah bagian dari belajar, terutama belajar tentang hidup itu sendiri. Saya menjadi orang yang pesimis, ragu melangkah, dan tidak berani mengambil keputusan. Pada akhirnya saya masih di tempat, tetap berada di titik yang sama. Saat melihat titik-titik kecil di jalan yang belum saya tempuh, saya sadar. Mereka adalah orang-orang yang sudah jauh di depan sana. Saya tertinggal jauh. Tetap, kaki ini masih terlalu berat untuk memulai satu langkah kecil, bahkan menyeretnya pun susah.
Ternyata keputusan ini salah. Dari sebuah ketakutan akan berbuat salah memunculkan retak yang tidak kasat mata. Retak yang pada akhirnya tidak terbendung. Ternyata saya telah menimbun kesalahan yang lebih besar lagi..
Di sini, saya masih berkutat dengan suara-suara di kepalaku.
“Hey, kalian! Saya ingin damai saja. Kita terlalu banyak mempermasalahkan ini-itu tanpa melakukan apa-apa. C’mon, talk less do more.”
Tidak ingin melupakan kesalahan kemarin bukan karena ingin menjadi ini atau itu. Tetapi karena saya hanya ingin menjadi diri sendiri dan melakukan segalanya on my own way. Saya hanya ingin menjadi orang yang menebarkan energi positif ke orang-orang sekitar. Hanya saja ketidakmampuan mengatasi diri sendiri ini yang menahanku untuk berbuat kebaikan kecil dan sederhana untuk orang lain.
Meskipun pernah kecewa dengan keputusan-keputusan sendiri. Tapi saya bersyukur. Allah pernah mempertemukan saya dengan orang-orang yang luar biasa. Orang-orang yang menjadi ‘alaram’ saya. Orang yang di antaranya pernah menjejalkan pesan-pesan penting.
“Suatu saat kamu akan berterima kasih.”
Saya tidak menunggu hari ini atau beberapa tahun mendatang untuk merasakan grateful. Sejak awal saya sudah sepatutnya berterima kasih meskipun hingga saat ini, saya belum jadi apa-apa. Thanks.
Saturday, July 16, 2011
1:45:26 AM
No comments:
Post a Comment